Konsolidasi Strategi dan
Arah Gerakan IMM: PIKOM IMM FAI Unismuh Makassar dalam Menyambut Musycab PC IMM
Kota Makassar
Dalam rangka
menyambut Musyawarah Cabang (Musycab) Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah (PC IMM) Kota Makassar, Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah Fakultas Agama Islam (PIKOM IMM FAI) Unismuh Makassar menyatakan
komitmen ideologis, intelektual, dan organisatorisnya untuk hadir sebagai
bagian dari proses konsolidasi gerakan IMM yang lebih relevan, membumi, dan
berorientasi jangka panjang.
Musycab
bukan sekadar forum suksesi kepemimpinan. Ia adalah ruang evaluasi gerakan,
ruang refleksi kolektif terhadap capaian dan kekurangan organisasi, serta ruang
konsolidasi gagasan menuju arah baru yang lebih tajam secara ideologis dan
sistematis secara strategis. Dalam konteks itu, PIKOM IMM FAI tidak datang
hanya untuk hadir secara fisik, tetapi juga membawa bekal konseptual sebagai
kontribusi konstruktif bagi kemajuan IMM Kota Makassar secara keseluruhan.
IMM: Gerakan Nilai,
Bukan Sekadar Organisasi Struktural
Ketua Umum
PIKOM IMM FAI, Hana Tuo, menyatakan bahwa IMM hari ini dihadapkan pada
tantangan yang semakin kompleks. Di tengah gelombang globalisasi nilai, krisis
identitas gerakan mahasiswa, serta meningkatnya pragmatisme struktural, IMM
tidak cukup hanya berdiri di atas formalitas dan rutinitas organisasi. IMM
harus tampil sebagai gerakan nilai, gerakan ideologis yang membawa misi dakwah,
keilmuan, dan kemanusiaan secara utuh.
“IMM bukanlah sekadar
ruang administratif untuk kaderisasi. Ia adalah medan praksis ideologis.
Musycab bukan soal siapa yang terpilih, tapi ke mana arah IMM akan dibawa. Ini
momentum untuk menegaskan kembali ruh dan orientasi Gerakan”
IMM lahir
bukan untuk sekadar menjadi bagian dari sistem kemahasiswaan, tetapi sebagai
bagian dari cita-cita besar Muhammadiyah dalam membangun peradaban Islam yang
tercerahkan (Islam Berkemajuan). Oleh karena itu, gerak IMM seharusnya tidak
boleh melenceng dari nilai dan harus senantiasa berupaya menjadi solusi atas
berbagai problem keummatan dan kebangsaan.
Empat Pilar Konseptual:
IMM Harus Bergerak dengan Arah dan Nilai
1.
Spritualitas yang Menghidupkan
IMM
harus kembali menjadikan nilai-nilai ruhani sebagai energi utama gerakan. Ruh
dakwah yang berorientasi pada amar makruf nahi mungkar perlu dihidupkan bukan
hanya dalam forum-forum formal, tetapi menjadi nadi dalam kerja-kerja sosial,
advokasi, dan pembelaan terhadap nilai-nilai keadilan. IMM bukan sekadar
organisasi mahasiswa Islam, tetapi harus menjadi gerakan yang menghidupkan
Islam dalam seluruh dimensi kehidupan.
2.
Intelektualitas yang Mencerahkan
IMM
adalah gerakan keilmuan. Maka, basis epistemik gerakan harus diperkuat dengan
budaya literasi, nalar kritis, dan praksis intelektual yang kontekstual. IMM
harus mendorong kadernya untuk tidak hanya membaca buku, tetapi juga membaca
realitas zaman. Intelektualitas dalam IMM harus bersifat transformatif—mengakar
pada teks, tetapi juga responsif terhadap konteks. IMM harus menjadi pelaku
utama dalam dialektika wacana keummatan dan kebangsaan.
3.
Humanitas
IMM
tidak boleh netral dalam menghadapi ketimpangan sosial. IMM harus berpihak.
Gerakan ini mesti menjadi suara bagi mereka yang tak terdengar, pembela bagi
yang tertindas, dan penggerak perubahan sosial. Keberpihakan kepada nilai-nilai
keadilan sosial, pemberdayaan masyarakat, dan advokasi terhadap isu-isu
kemanusiaan menjadi bagian tak terpisahkan dari misi IMM sebagai gerakan
humanitas.
4.
Pergerakan yang terarah
IMM
tidak boleh berjalan tanpa arah. Militansi yang tidak dibingkai oleh visi dan
strategi hanya akan menghasilkan kelelahan kolektif. Sebaliknya, arah tanpa
gerak hanya akan menghasilkan stagnasi. Oleh karena itu, IMM harus dikelola
dengan pendekatan yang berbasis visi jangka panjang, perencanaan strategis, dan
evaluasi gerakan secara berkala. Kaderisasi pun harus diarahkan untuk
melahirkan kader yang mampu menjadi penggerak perubahan di berbagai lini
kehidupan.
Revitalisasi Perkaderan
IMM
Perkaderan
dalam IMM bukan hanya kewajiban struktural, melainkan inti dari seluruh
dinamika gerakan. IMM harus kembali menegaskan bahwa kaderisasi adalah proses
ideologis, bukan hanya administratif. Kader IMM bukan hanya dituntut cakap
dalam forum, tetapi juga mampu berpikir kritis, bertindak strategis, dan
membawa solusi nyata atas problematika umat. Di tengah krisis orientasi dan
maraknya dekadensi intelektual, IMM harus menjadi ruang pembentukan karakter
kader yang tangguh secara moral, matang secara intelektual, dan berani secara
praksis. IMM tidak boleh lagi sekadar menjadi ruang transit aktivisme, tetapi
harus menjadi sekolah ideologis yang membentuk pemimpin umat dan bangsa.
Kepemimpinan yang
Visioner
Pikom IMM
FAI juga menekankan pentingnya melahirkan model kepemimpinan IMM yang membumi
dan visioner. IMM tidak membutuhkan pemimpin yang hanya unggul dalam retorika
atau eksis di ruang-ruang formal. Yang dibutuhkan hari ini adalah kepemimpinan
yang hadir di tengah umat, mendengar suara-suara terpinggirkan, dan menjawab
kebutuhan masyarakat. Kepemimpinan IMM harus mampu menjembatani idealisme kader
dengan realitas sosial. Ia harus menjadi teladan moral, penggerak intelektual,
dan pelayan umat. Musycab menjadi momentum untuk menyeleksi dan memilih
pemimpin yang memiliki visi gerakan, kepekaan sosial, dan integritas ideologis.
Musycab PC
IMM Kota Makassar bukan hanya ajang formal, tetapi momen penting untuk
melakukan refleksi menyeluruh atas arah dan capaian gerakan. IMM Kota Makassar
harus naik kelas, baik dalam aspek ide, gerakan, maupun dampak sosialnya.
Diperlukan sinergi antara struktur, kader, dan nilai-nilai dasar IMM untuk
memastikan gerakan ini tetap berada di relnya sebagai kekuatan transformatif. Dengan
membawa gagasan, semangat perubahan, dan komitmen ideologis, Pikom IMM FAI
Unismuh Makassar siap berkontribusi aktif dalam proses Musycab. Kami percaya
bahwa IMM ke depan harus lebih strategis, lebih membumi, dan lebih berdampak
dalam mewujudkan misi dakwah, keilmuan, dan kemanusiaan.
0 Komentar