Ikatan mahasiswa Muhammadiyah (IMM) bukan sekedar organisasi kaderisasi.
ia adalah wadah intelektual ruang dialektika dan lahan pengabdian bagi
mahasiswa yang percaya bahwa ilmu harus bergerak bukan sekedar diam dalam ruang
ruang akademik. namun di tengah arus pragmatisme yang melanda Organisasi
mahasiswa IMM menghadapi pertanyaan besar, apakah ia masih menjadi gerakan
intelektual yang progresif, ataukah hanya simbol tradisi yang kehilangan
relevansi?
Krisis yang dihadapi IMM ini bukan hanya sekedar regenerasi
kepemimpinan, tetapi lebih dalam dari itu, krisis Intelektualisme dan
keberanian berpikir kritis era digital yang serba instan melahirkan fenomena
“aktivisme kosmetik” terlihat sibuk tetapi minim substansi, di satu sisi IMM
memiliki tradisi panjang dalam dunia pemikiran, tetapi di sisi lain jika tidak
dikelola dengan baik ia bisa jatuh ke dalam rutinitas seremonial tanpa daya
dobrak.
Dalam filsafat Hegel, sejarah bergerak melalui tesis-antitesis-sintesis
IMM lahir sebagai tesis, yaitu gerakan mahasiswa Islam yang mengedepankan
Intelektualisme dan perjuangan sosial, namun ia dihadapkan pada antitesis
berupa Pragmatisme organisasi mahasiswa yang lebih sibuk dengan kepentingan
jangka pendek, jika IMM ingin bertahan Dan berkembang ia harus menemukan sintesis
menjadi organisasi yang tetap kritis tetapi juga mampu bertindak strategis
dalam merespon tantangan zaman
Paulo Freire dalam pedagogy of the Oppressed, berbicara tentang
kesadaran kritis yaitu tahap di mana individu tidak sekedar memahami realitas
tetapi juga mampu menafsirkan secara mendalam dan bertindak untuk mengubahnya,
IMM harus memastikan bahwa kader-kadernya tidak hanya berhenti pada pemahaman
normatif tentang Islam dan sosial, tetapi juga masuk ke dalam ranah Analisis
dan aksi
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan pertama IMM harus menolak
Intelektualisme menara gading, pemikiran kritis harus di kontekstualisasikan
dengan realitas bukan hanya berkutat dalam kajian tanpa dampak, kedua IMM harus
menjadi pusat gagasan transformatif mampu menentang status quo dengan narasi
yang segar dan berani. Ketiga, IMM harus menghubungkan Intelektualisme dengan
praksis Pemikiran kritis tidak boleh berhenti di ruang diskusi, tetapi harus
bergerak dalam gerakan sosial, ekonomi, dan advokasi keUmatan, IMM adalah dialektika
antara iman, ilmu, dan amal tanpa salah satu darinya, ia hanya menjadi nama
tanpa makna.
IMM memiliki sejarah panjang sebagai lokomotif perubahan, tetapi sejarah
saja tidak cukup untuk memastikan masa depan, jika IMM ingin tetap relevan ia
harus menjaga api Intelektualisme tetap menyala, membangun keberanian berpikir
dan berani melampaui zona nyaman
Menjaga IMM berarti menjaga tradisi berpikir dan bergerak, IMM tidak
boleh terjebak dalam nostalgia masa lalu tanpa mampu menawarkan gagasan baru bagi
masa depan
-IMM bukan sekadar
organisasi, tetapi laboratorium pemikiran dan aksi, tempat di mana idealisme
diuji dan intelektualisme bergerak.
0 Komentar