IMM: Dari Kesadaran Menuju Pergerakan, Dari Intelektualisme Menuju Peradaban-3

 

Penulis: Nengsi Romi Abbas
(Peserta Juara 3 Lomba Opini PIKOM IMM FAI)

Ikatan mahasiswa Muhammadiyah (IMM) bukan sekedar organisasi kaderisasi. ia adalah wadah intelektual ruang dialektika dan lahan pengabdian bagi mahasiswa yang percaya bahwa ilmu harus bergerak bukan sekedar diam dalam ruang ruang akademik. namun di tengah arus pragmatisme yang melanda Organisasi mahasiswa IMM menghadapi pertanyaan besar, apakah ia masih menjadi gerakan intelektual yang progresif, ataukah hanya simbol tradisi yang kehilangan relevansi?

Krisis yang dihadapi IMM ini bukan hanya sekedar regenerasi kepemimpinan, tetapi lebih dalam dari itu, krisis Intelektualisme dan keberanian berpikir kritis era digital yang serba instan melahirkan fenomena “aktivisme kosmetik” terlihat sibuk tetapi minim substansi, di satu sisi IMM memiliki tradisi panjang dalam dunia pemikiran, tetapi di sisi lain jika tidak dikelola dengan baik ia bisa jatuh ke dalam rutinitas seremonial tanpa daya dobrak.

Dalam filsafat Hegel, sejarah bergerak melalui tesis-antitesis-sintesis IMM lahir sebagai tesis, yaitu gerakan mahasiswa Islam yang mengedepankan Intelektualisme dan perjuangan sosial, namun ia dihadapkan pada antitesis berupa Pragmatisme organisasi mahasiswa yang lebih sibuk dengan kepentingan jangka pendek, jika IMM ingin bertahan Dan berkembang ia harus menemukan sintesis menjadi organisasi yang tetap kritis tetapi juga mampu bertindak strategis dalam merespon tantangan zaman

Paulo Freire dalam pedagogy of the Oppressed, berbicara tentang kesadaran kritis yaitu tahap di mana individu tidak sekedar memahami realitas tetapi juga mampu menafsirkan secara mendalam dan bertindak untuk mengubahnya, IMM harus memastikan bahwa kader-kadernya tidak hanya berhenti pada pemahaman normatif tentang Islam dan sosial, tetapi juga masuk ke dalam ranah Analisis dan aksi

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan pertama IMM harus menolak Intelektualisme menara gading, pemikiran kritis harus di kontekstualisasikan dengan realitas bukan hanya berkutat dalam kajian tanpa dampak, kedua IMM harus menjadi pusat gagasan transformatif mampu menentang status quo dengan narasi yang segar dan berani. Ketiga, IMM harus menghubungkan Intelektualisme dengan praksis Pemikiran kritis tidak boleh berhenti di ruang diskusi, tetapi harus bergerak dalam gerakan sosial, ekonomi, dan advokasi keUmatan, IMM adalah dialektika antara iman, ilmu, dan amal tanpa salah satu darinya, ia hanya menjadi nama tanpa makna.

IMM memiliki sejarah panjang sebagai lokomotif perubahan, tetapi sejarah saja tidak cukup untuk memastikan masa depan, jika IMM ingin tetap relevan ia harus menjaga api Intelektualisme tetap menyala, membangun keberanian berpikir dan berani melampaui zona nyaman

Menjaga IMM berarti menjaga tradisi berpikir dan bergerak, IMM tidak boleh terjebak dalam nostalgia masa lalu tanpa mampu menawarkan gagasan baru bagi masa depan

-IMM bukan sekadar organisasi, tetapi laboratorium pemikiran dan aksi, tempat di mana idealisme diuji dan intelektualisme bergerak.

Posting Komentar

0 Komentar